Minggu, 11 Oktober 2015

Pellangaran Etika dalam Media Sosial


Media sosial pada saat ini sangat berkembang pesat. Hal ini mulai dibuktikan dengan munculnya banyak platfrom media sosial saat ini seperti halnya Path, Periscope, atau Snapchat. Dengan munculnya banyak media sosial, maka peningkatan pengguna media sosial juga semakin meningkat. Didukung juga oleh pengguna smartphone yang semakin naik waktu demi waktu membuat  perkembangan media sosial semakin tak terbendung.

Dampak baik dan dampak buruk dengan adanya era media sosial ini kian lama kian nampak. Namun dalam konteks ini yang ingin lebih disoroti ialah mengenai dampak buruk dengan adanya media sosial. Tetapi dampak buruk yang dinilai bukanlah dalam sikap dan perilaku yang berubah pada masyarakat akibat media sosial melainkan pelanggaran etika yang kian lama kian banyak terjadi pada media sosial.

Tentu, pelanggaran etika pada media sosial ini mungkin tidak semua pengguna menyadarinya. Saat ini cenderung pengguna media sosial masih justru belum bisa membedakan antara pelanggaran etika atau bukan pelanggaran media sosial bahkan bisa terjadi secara viral atau berentetan.

Kasus yang sering kali kita temui ialah pelanggaran pembublikasian berita, status, foto, atau video yang cenderung melanggar etika serta nilai dan norma yang ada. Contoh nyata yang terjadi pada beberapa waktu yang lalu ialah kasus pembunuhan gadis kecil asal Bali yang menjadi trending topic selama hampir 1 bulan yaitu pembunuhan Angeline. Tentu dalam kasus ini apabila mengikuti melalui media massa konvensional seperti TV atau koran, pelanggaran etika mungkin sangat minim sekali ditemukan. 

Akan tetapi, ternyata hal ini berbeda jauh dengan fakta yang terjadi di media sosial. Dalam media sosial, pelanggaran etika menyangkut kasus pembunuhan Angeline banyak sekali ditemukan. Salah satu contohnya ialah publikasi foto jenazah yang diduga Angeline yang telah dalam keadaan yang tidak di media sosial Facebook oleh beberapa pihak dengan caption agar pembunuh harus dihukum setimpal dan mendoakan agar alm. Angeline tenang disana dengan cara komentar atau ikut share foto tersebut. Dengan caption seperti itu maka foto tersebut juga dishare orang beberapa orang yang ada dalam situs jejaring sosial tersebut dan sempat mengalami efek viral.

Dalam kasus ini tentu beberapa orang mengira bahwa apa yangd dilakukannya melakukan tindakan yang baik. Namun pada kenyataannya tindakan tersebut sangat melanggar etika yang ada karena memposting foto jenazah.  


Minimnya pengertian dan pemahaman etika dalam menggunakan media sosial menjadi salah satu kunci mengapa pengallaran etika masih banyak terjadi. Tentu salah satu solusi yang tepat untuk mengurangi pelanggaran etika di media yang saat ini banyak digunakan masyarakat ini ialah dengan cara mendidik dan mensosialisasikan para pengguna media sosial mengenai etika dalam mengunakan jejaring sosial. Hal ini juga harus didukung dengan peraturan dan pecegahan melalui pemerintah dengan pemilik situs media sosial. Dengan adanya dua hal tersebut maka pelanggaran etika dalam media sosial akan berkurang.

Meet The CEO : Arie Setya Yudha




If most played game can only spend money for the sake of enjoying his hobby, Arie Setya Yudha actually reap profits. Because, thanks to his penchant for playing the game of combat, he got successful business opportunities for military uniform, and even a real soldier.

Under PT Molay Satrya Indonesia, the man who is still registered as a student at Communication Sciences, University of Gadjah Mada, Yogyakarta provides various needs of "combatant" ranging from hats, shirts, pants, bags to shoes. Except for shoes and bags are still imported, Arie who wear brand Molay Military Uniform Division, produces its own all these products.

This Business idea originated from his favorite play combat games such as Counter Strike and Point Blank. From here, the man who often use the name of Molay as identity when fighting in this virtual world, got the idea to make military uniforms, both for real military or civilian, who liked to play war games.

Do not be mistaken himself poured millions of rupiah capital to begin operations. He just poured his savings Rp 280 thousand to buy 4 meters of fabric. He then made a design and pattern, while the process of stitching submitted to tailor existing Terban market, Yogya.

In 2009, a uniform sample is then photographed and uploaded to the virtual forum, Kaskus. Turns out there are responding. A collector interested in ordering a similar uniform. From this order continues to flow. Until the end of every design created, Arie sell the clothes at a price of Rp 560 thousand to over Rp 2 million. "I was sold at a high price because the material is completely guaranteed good," said Ari.

To maintain customer loyalty, Arie admitted to actually maintain the quality. Starting from yarn, zipper and shirt buttons to be correct quality. In fact, for the manufacture buttonhole shirt and pants, he had to buy special machines that mark just above the price of Rp 30 million per unit. "Sewing machines we use all standard sewing machine for the military," he said.

Arie does not want to use ingredients that are on the market and prefer a special book to the manufacturer. For example, the fabric used many imported as from Malaysia. "We only ordered the fabric in Malaysia, to keep our sewing process is doing," he said.

Military uniforms, according to Arie, has a vital role to protect the wearer while on duty. Therefore, perfection becomes a mandatory requirement. Not infrequently, he must sacrifice to not send products considered failed in the production process.

Uniquely, Arie does not have a background in the world of convection. He taught himself of cyberspace. Ranging from knowledge about the material to find suppliers, he got from the Internet. "With the vendor we've never been face to face, all using online services," said the youngest of four siblings.

Judging from the development trend of turnover, the company that manages the growth was encouraging. As an illustration, in the early days, the new Molay posted a turnover of tens of millions of rupiah per year, then developed into hundreds of millions. Last year, he successfully exceeded USD 1.5 billion per year. "Thank God, a very positive development," he said.

During this time, Arie sells its products through online channels both through Facebook and Twitter. According to Arie, the virtual path is still an attractive option to market their products. After all, almost all customers are now achieved also be obtained through the pathway. Even if its products can be found in some stores of military uniforms, were carried out by others. Indeed, until now, he had not intended to open a physical store.

Arie uniform product now also been used in some military and police in the country. For example Brimob, the police bomb squad, and the Navy's elite troops. As for the overseas market is still dominated by personal customers.

Despite the existing large company, let's call it Sritex, which dominate the world market in military uniform, Arie pleaded not discouraged. He saw the potential for a uniform market is still wide open. "In manufacturing, Sritex is superior, but by design we prepared pitted," said business contest finalists Wirausaha Muda Mandiri 2011 from Yogya it.


With the success of his business, Arie is now no longer rely on transfers of funds from his parents in Pekanbaru, plus never late pay boarding again. In fact, he had a private car and soon he will buy a house that is now used for offices. "This month we will move to a more representative office, this will be my former office to buy," he said.

FROM : STUDENTxCEOS Yogyakarta

Senin, 08 Juni 2015

Sejarah Singkat untuk Masa Terakhir Bung Karno



Beberapa saat lalu, gue lagi membaca artikel atau postingan yang di buat sama Butet Kertaredjasa. foto postingan yang membuat gue menarik membacanya ialah foto sang proklamator Indonesia, Ir. Soekarno, yang dimana juga gue pakai dalam membuat postingan ini. 

Postingan ini menceritakan mengenai saat akhir beliau. pada saat gue baca, sungguh gue merasa kalau memang inilah pemimpin yang sesungguhnya. selain itu, bagi kalian yang baca postingan ini, mohon, jangan pernah menyalahkan salah satu pihak. ini hanya sekedar sejarah dan sejarah takkan pernah bisa disalahkan bagaimanapun yang terjadi. yang perlu kita lakuin cuma mengambil sisi positif, dan membuang sisi yang negatif.

Selamat membaca... 


Diberdayakan oleh Blogger.