Minggu, 13 Juli 2014

Lepas dari Ejaan Van Ophuijsen


Beberapa tulisannya ku baca, beberapa tulisannya ku simak. kata demi kata, kalimat demi kalimat, bahkan hingga beberapa titik dalam sajak kutemui. Kini ku sadar, diriku masih terbelenggu dengan ejaan Van Ophuijsen.

Aku sadar, aku bukanlah penulis yang baik, namun terkadang aku ingin menciptakan "The Bible" ku sendiri. Membuat sejuta pasang mata melihat alphabet yang kususun sedemikian rupa hingga menyerupai sosok Lady Diana.

Salah satu sahabatku serta salah satu dosenku telah merubah cara padangku melihat estetika 26 huruf. Sahabatku, walau ia masih muda dariku, namun ku rasa ia memiliki kemampuan 'Mengkristal' kan perasaannya dengan baik. Sedangkan dosenku, aku rasa aku telah menemukan seorang 'Percy Shelley Bysshe' di kampusku.

Mungkin kini saatnya aku mencoba untuk memahami estitika kata serta menuangkannya dalam suatu 'kertas' kosong yang akan tergoreskan oleh 'tinta' hitam. Terkadang aku bermimpi akan menjadi seorang penulis yang luar biasa. Setidaknya dikenal di Indonesia. Menandatangani buku ku sendiri, itu seperti berkaca mengunakan wajah tampan Taylor Lautner.


0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.